Bagi
sebagian orang akan merasa sulit untuk menemukan cara untuk menjadikan sesuatu
populer, atau bahkan lebih populer. Khususnya para pebisnis yang ingin
memasarkan produknya, tentu itu merupakan sebuah modal dasar bagi pergerakan
bisnis mereka. Orang-orang tentu ingin produknya diminati, laris, dan mudah
diterima secara luas oleh konsumen, namun sering kali mengalami kendala. Kita
ketahui, sudah ada banyak pengusaha yang langsung gagal ketika membuka awal bisnisnya.
Jadi bagaimana menularkan gagasan atau ide bisnis kita, sehingga bisa diterima
dan menjadi populer di masyarakat. Pertanyaan itu telah dijawab oleh Johan
Berger dalam penelitiannya.
Dalam penelitinanya, Johan Berger
menyatakan bahwa bercerita mulut-kemulut atau getok tular (word of mouth) lebih efektif menularkan gagasan atau ide produk
kita ke konsumen. Getok tular itu seperti halnya saya sedang bercerita ke teman
saya bahwa saya menemukan restoran yang menyajikan hidangan yang lezat. Tentu
hal itu akan membuat teman saya ingin mencicipinya juga. Hal ini dikarenakan
teman saya lebih percaya kepada saya (sebagai teman dekatnya) dibanding dengan
iklan yang promosikan sendiri oleh restoran tersebut. Teman saya percaya karena
saya telah merasakannya sendiri dan tidak dibayar untuk itu oleh pihak
restoran. Sehingga dapat dilihat teman saya mendambakan sebuah informasi yang dapat
dipercaya dan berguna bagi dirinya. Dimana informasi yang praktis seperti dalam
internet informasi tidak lagi bertahan, menjadi sesuatu yang tidak dapat
diandalkan, dan terlalu banyaknya informasi di internet membuat seseorang
pusing. Jadi, saya sebagai penyebar informasi atau yang menyebabkan saya
membicarakan itu bukan karena dibayar oleh restoran tersebut, melainkan
dorongan dalam diri saya sendiri. Dorongan itu diklasifikasi oleh Johan Berger
yang dapat disebut sebagai STEPPS.
STEPPS ialah enam prinsip pokok yang
membuat produk dan gagasan lebih mungkin menjadi popouler, yaitu 1. Social Currency (Mata Uang Sosial) 2. Trigger (Pemicu) 3. Emotion (Emosi) 4. Public
(Umum) 5. Pratical Value (Nilai
Praktis) 6. Story (Cerita).
1. Prinsip
mata uang sosial menerangkan bahwa menularkan suatu
produk atau ide membuat diri kita terlihat pintar atau pandai dihadapan orang
lain. Dalam prinsip mata uang sosial yang penting bukanlah soal uang (matteri)
tetapi bagaimana menciptakan gambaran atau image
(mata uang sosial) yang baik. Hal itu dikarenakan setiap orang ingin dirinya
terlihat baik. Semakin banyak tahu, orang itu semakin diperhatikan. Begitulah
cara kerja mata uang sosial. Kita saling menukarkan mata uang sosial lewat
penyebaran informasi.
2.
Dalam prinsip pemicu, suatu
produk atau gagasan harus selalu menjadi hal yang dipikirkan banyak orang, siap
untuk dibicarakan. Misalnya, bagaimana kita selalu memikirkan makanan sereal di
waktu sarapan atau mengapa kita kalau mau minum kopi selalu terbayang merk
tertentu. Hal itu dikarenakan sesuatu produk dan gagasan mengkaitkan dirinya
dengan hal-hal keseharian atau kebiasaan kita sehari-hari. Contohnya makanan
sereal selalu mengingatkan kita waktu sarapan di pagi hari, padahal kita bisa
sarapan dengan apa saja. Itu dikarenakan kita disetimulus dan dibentuk oleh
iklan sereal yang pintar mengkaitkan produknya dalam keseharian kita.
3.
Prinsip emosi
ialah berbagi suatu produk atau gagasan dikarenakan kita peduli pada orang
lain. Seperti halnya berbagai mengenai kesehatan atau pendidikan, kita peduli
kepada orang lain lantaran kita ingin mereka mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan. Kepedulian kita itu dilandasi oleh rasa takjub, sehingga kita ingin
orang lain bisa merasakan emosi yang sama seperti yang kita rasakan. Artikel
tentang pengobatan baru untuk AIDS atau atlet hoki yang tetap bermain kendati
mengidap kanker, informasi itu membangkitkan rasa takjub pada banyak orang dan
kita terpancing untuk menyebarkannya.
4.
Prinsip publik (umum)
menerapkan bagaimana suatu produk atau gagasan dapat dibangun untuk terlihat
secara luas, dibangun untuk tumbuh. Hal ini dikarenakan suatu produk atau
gagasan bisa secara umum diterima oleh masyarakat luas, paling tidak
menyisipkan sedikit hal-hal yang umum atau sesuatu yang sifatnya pribadi
menjadi umum. Sebab, seperti ungkapan “monkey
see, monkey do”, orang tidak akan bertindak jika dirinya tidak mendapatkan
informasi. Misalnya, perusahaan pakaian memperkenalkan model kemeja baru lalu
anda melihat orang yang memakainya dan menyukai kemeja itu, sehingga anda
mengambil keputusan sendiri untuk membelinya, namun tidak untuk kaus kaki.
Dikarenakan kemeja bersifat umum sedangkan kaus kaki bersifat pribadi dan
jarang terlihat oleh orang lain.
5.
Prinsip nilai praktis tentu merupakan
dasar yang menentukan mengapa kita mengkonsumsi suatu produk atau gagasan
tertentu. Apa yang terkandung dalam suatu produk atau gagasan sangat penting
bagi orang yang menerima. Artikel tentang tabir surya yang dinilai baik,
petunjuk agar lekas pulih dari cidera, atau petunjuk membetulkan mesin motor.
Semua itu bermanfaat bagi kita. Saran praktis adalah saran yang cenderung
disebarluaskan. Ketika anda melihat suatu produk turun 50% dari harga semula,
tentu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anda. Kuncinya adalah bagaimana
informasi itu dikemas, sepraktis mungkin.
6. Prinsip
cerita ialah suatu produk atau gagasan yang disisipkan di balik kisah atau
obrolan santai. Kita sehari-hari berbincang-bincang mengenai berbagai hal,
tanpa disadari kita bercerita tentang suatu produk tertentu. Hal itu supaya
cerita kita lebih dramatis dan menambah valid cerita yang kita buat. Kadang
suatu produk atau gagasan bisa membuat obrolan kita bersama teman menjadi lebih
asik. Sehingga, tanpa kita sadari atau memang disadari, informasi itu tersebar
dan membuat hubungan kita bersama orang lain menjadi lebih akrab.
Seperti yang telah dilihat, rumus STEPPS
ini memainkan peranan penting supaya suatu produk atau gagasan bisa menjadi
lebih populer. Prinsip-prinsip itu bukan berarti selalu berurutan atau
terpisah-pisah, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lain. Anda mungkin
pernah berpikir kebetulan saja sesuatu menjadi populer. Namun, yang berperan
bukan hanya keberuntungan dan bukan juga misteri, tetapi ada resep dibalik itu
semua. Dengan demikian, seperti yang dikatakan oleh Jonah Berger, inilah resep untuk
terjun ke dunia sales & marketing, yang membuat produk serta gagasan
populer. Jadi, kalau sedang mencoba membuat sebuah produk atau gagasan menular,
maka coba buat berdasarkan prinsip-prinsip STEPPS itu.
Jonah Berger, Contagious: Why Things Catch On (2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar