6/08/2019

Jatuh Tertidur


Kemarin malam, aku kedatangan teman lama yang tinggalnya di seberang kota. Temanku itu datang ke indekos aku sore hari untuk sekedar mampir dan melepas semua kerinduan. Kami berdua saling bercakap-cakap lama sekali, padahal apa yang kami omongkan hanya sekedar bualan belaka. Tetapi aku senang, walau tak tahu kenapa, mungkin aku bahagia karena dapat mengungkapkan kata-kata yang tak bermakna itu.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Kami pun memutuskan untuk pergi ke
minimarket. Di sana, kami membeli sebuah cemilan karena perut terasa meraung-raung. Selain itu, cemilan itu berfungsi sebagai pengiring topik yang mau diobrolkan selanjutnya. Kami pun duduk di luar. Menatap setiap orang yang datang. Kami sadar bahwa orang yang berkunjung sangat beraneka ragam. Ada yang biasa-biasa saja penampilannya sampai ada yang sangat aneh. Kelakuan mereka pun tak bisa ditebak, ada orang yang sudah tiba ke sini pakai mobil dan masuk untuk membeli sebungkus rokok, lalu dia kembali ke mobil. Aku kira dan temanku juga berpikir bahwa orang itu mau pergi dari tempat ini, tetapi orang itu justru memarkir kendaraannya dan turun kembali untuk mengisap rokok yang baru dibelinya, namun tak lama kemudian dia pergi. Dasar orang yang aneh pikirku. Seketika itu, suasana di sini cukup sepi. Hanya ada beberapa mobil dan motor yang melintasi di tepi jalan.
Aku bertanya pada temanku, sebenarnya ada apa dia datang menemuiku? Sambil mengisap rokok, dia berkata bahwa dia hanya mau dirinya terjaga dan menghabiskan waktu bersamaku selagi ada kesempatan. Dari jawabannya itu, aku cukup heran. Mengapa dia berbicara seperti itu? Seperti orang yang mau mati saja. Tetapi aku tak berani berkata apa-apa lagi, sebab aku pikir dia sedang ada banyak masalah. Dia pernah bercerita bahwa dia akan menemuiku bila dia sedang dalam kesulitan.
"Bagaimana teman-temanmu di kota sana? Asik-asikkah!" aku bertanya padanya.
Jawabnya, "saat ini aku sendirian, mereka semua seperti orang yang berada di atas teater, aku sempat menjadi korban mereka, maka dari itu aku ke sini untuk memastikan bahwa apakah kamu juga berteater atau tidak?"
Aku kaget atas hal yang baru dia katakan itu. Aku tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya.
"Memangnya kamu diapakan oleh teman-temanmu?" tanyaku seketika.
"Aku dibuang dari dunia!" katanya.
"Dibuang bagaimana?" tanyaku sambil gemetar.
Temanku tak menjawab lagi dan hanya terdiam membisu. Terdiam cukup lama, sampai-sampai aku takut.
Tiba-tiba dia berkata "aku hanya bercanda" sambil tersenyum.
"Itu tidak lucu!" kataku dengan marah.
Aku kesal padanya yang selalu bercanda di saat yang kurang tepat. Dia pun meminta maaf atas yang dia lakukan padaku. Tetapi pas terakhir dia berbicara bahwa "ini betulan". Aku terdiam lagi, lalu aku tertawa, dan aku tidak mau mengambil pusing dengan kata-katanya yang terakhir itu.
Sudah jam 1 malam, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke indekos. Kami memutuskan naik angkot karena kelelahan mengobrol selama berjam-jam. Kurang dari sepuluh menit kami sampai di depan indekos. Biasanya butuh waktu 25-40 menit, kini hanya sekejap saja. Cepat sekali larinya angkot di tengah malam.
Setelah sampai, temanku memutuskan untuk menginap karena sudah larut malam dan dia berencana besok pagi mau berangkat pulang ke kota. Aku tidak bisa mencegahnya lama-lama di sini. Karena aku tahu dia mempunyai kegiatan yang cukup banyak dan penting baginya. Setiap orang pasti punya kesibukan masing-masing, jadi buat apa aku menahannya. Akhirnya, aku menjatuhkan diri ke tempat tidur. Secepat itu juga aku jatuh tertidur. Aku tidur sangat lelap. Sampai-sampai aku tak memimpikan apa-apa.
Ketika aku bangun, aku melihat temanku tidak ada disampingku. Aku berpikir dia sedang di kamar mandi, tetapi tidak ada suara air yang terdengar. Aku memutuskan untuk mengecek keberadaannya. Namun, aku tak menemukan jejaknya, bahkan dia tidak meninggalkan pesan untukku. "Kemana dirinya pergi?" aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah dia sudah balik ke kota? Aku mencoba menelepon temanku, tetapi tidak aktif. Apa dia marah padaku? Dan apa yang terjadi padanya? Mungkin ini semua gara-gara aku jatuh tertidur sangat pulas, sehingga tak ingat apa-apa. Aku mencoba ingat-ingat terakhir kali aku terjaga, namun aku tidak ingat.
Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Aku pikir itu dari orang lain, namun itu dari orang tua temanku yang di kota sana. Aku mengangkatnya seketika. Saat aku angkat, aku langsung memberi tahu bahwa anaknya, temanku itu, tadi malam menginap dan sekarang dia menghilang begitu saja.
"Cukup sudah, nak! kami menelponmu hanya mau memberi kabar kalau anak kami telah tiada. Dia meninggal kemarin pagi. Dia meninggal karena sedang mengambil dompet temannya yang jatuh di sungai kemudian tergelincir." Suara ditelepon terdengar parau dan isak tangisan.
Aku terperanjat sekaligus merinding mendengar kabar itu, bulu kudukku langsung berdiri. Aku penasaran siapa yang sesungguhnya bersamaku tadi malam. Apakah temanku atau roh dari temanku? Tampaknya keduanya sama-sama buruknya sekarang.
Aku ingat perkatanya yang terakhir itu, kalau ini semua memang benar. Dia berkata dirinya telah dibuang oleh teman-temannya di kota, ternyata temanku dibuang ke sungai. Sungguh kejam yang melakukan ini pada temanku. Aku pun mengerti kalau temannya itu seperti orang pemain teater maksudnya temannya itu orang yang selalu bersandiriwara, berpura-pura baik padahal sebetulnya punya niat jahat. Untuk itu dia datang menemuiku. Dia hanya memastikan kalau aku ini tak bersandiwara kepadanya. Aku pasti selalu menjadi teman untuk dirinya walau sekarang sudah jatuh tertidur dalam sekali.
Pada waktunya, aku pun juga akan tertidur seperti dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar