Kemarin malam, aku kedatangan teman lama
yang tinggalnya di seberang kota. Temanku itu datang ke indekos aku sore hari untuk
sekedar mampir dan melepas semua kerinduan. Kami berdua saling bercakap-cakap
lama sekali, padahal apa yang kami omongkan hanya sekedar bualan belaka. Tetapi
aku senang, walau tak tahu kenapa, mungkin aku bahagia karena dapat
mengungkapkan kata-kata yang tak bermakna itu.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Kami
pun memutuskan untuk pergi ke
minimarket. Di sana, kami membeli sebuah cemilan
karena perut terasa meraung-raung. Selain itu, cemilan itu berfungsi sebagai
pengiring topik yang mau diobrolkan selanjutnya. Kami pun duduk di luar.
Menatap setiap orang yang datang. Kami sadar bahwa orang yang berkunjung sangat
beraneka ragam. Ada yang biasa-biasa saja penampilannya sampai ada yang sangat
aneh. Kelakuan mereka pun tak bisa ditebak, ada orang yang sudah tiba ke sini
pakai mobil dan masuk untuk membeli sebungkus rokok, lalu dia kembali ke mobil.
Aku kira dan temanku juga berpikir bahwa orang itu mau pergi dari tempat ini,
tetapi orang itu justru memarkir kendaraannya dan turun kembali untuk mengisap
rokok yang baru dibelinya, namun tak lama kemudian dia pergi. Dasar orang yang
aneh pikirku. Seketika itu, suasana di sini cukup sepi. Hanya ada beberapa mobil
dan motor yang melintasi di tepi jalan.
Aku bertanya pada temanku, sebenarnya ada
apa dia datang menemuiku? Sambil mengisap rokok, dia berkata bahwa dia hanya
mau dirinya terjaga dan menghabiskan waktu bersamaku selagi ada kesempatan.
Dari jawabannya itu, aku cukup heran. Mengapa dia berbicara seperti itu?
Seperti orang yang mau mati saja. Tetapi aku tak berani berkata apa-apa lagi,
sebab aku pikir dia sedang ada banyak masalah. Dia pernah bercerita bahwa dia
akan menemuiku bila dia sedang dalam kesulitan.
"Bagaimana teman-temanmu di kota sana?
Asik-asikkah!" aku bertanya padanya.
Jawabnya, "saat ini aku sendirian,
mereka semua seperti orang yang berada di atas teater, aku sempat menjadi
korban mereka, maka dari itu aku ke sini untuk memastikan bahwa apakah kamu
juga berteater atau tidak?"
Aku kaget atas hal yang baru dia katakan
itu. Aku tak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya.
"Memangnya kamu diapakan oleh
teman-temanmu?" tanyaku seketika.
"Aku dibuang dari dunia!" katanya.
"Dibuang bagaimana?" tanyaku
sambil gemetar.
Temanku tak menjawab lagi dan hanya
terdiam membisu. Terdiam cukup lama, sampai-sampai aku takut.
Tiba-tiba dia berkata "aku hanya bercanda"
sambil tersenyum.
"Itu tidak lucu!" kataku dengan
marah.
Aku kesal padanya yang selalu bercanda di
saat yang kurang tepat. Dia pun meminta maaf atas yang dia lakukan padaku.
Tetapi pas terakhir dia berbicara bahwa "ini betulan". Aku terdiam
lagi, lalu aku tertawa, dan aku tidak mau mengambil pusing dengan kata-katanya
yang terakhir itu.
Sudah jam 1 malam, akhirnya kami
memutuskan untuk balik ke indekos. Kami memutuskan naik angkot karena kelelahan
mengobrol selama berjam-jam. Kurang dari sepuluh menit kami sampai di depan indekos.
Biasanya butuh waktu 25-40 menit, kini hanya sekejap saja. Cepat sekali larinya
angkot di tengah malam.
Setelah sampai, temanku memutuskan untuk
menginap karena sudah larut malam dan dia berencana besok pagi mau berangkat
pulang ke kota. Aku tidak bisa mencegahnya lama-lama di sini. Karena aku tahu
dia mempunyai kegiatan yang cukup banyak dan penting baginya. Setiap orang pasti
punya kesibukan masing-masing, jadi buat apa aku menahannya. Akhirnya, aku
menjatuhkan diri ke tempat tidur. Secepat itu juga aku jatuh tertidur. Aku
tidur sangat lelap. Sampai-sampai aku tak memimpikan apa-apa.
Ketika aku bangun, aku melihat temanku
tidak ada disampingku. Aku berpikir dia sedang di kamar mandi, tetapi tidak ada
suara air yang terdengar. Aku memutuskan untuk mengecek keberadaannya. Namun,
aku tak menemukan jejaknya, bahkan dia tidak meninggalkan pesan untukku.
"Kemana dirinya pergi?" aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah dia
sudah balik ke kota? Aku mencoba menelepon temanku, tetapi tidak aktif. Apa dia
marah padaku? Dan apa yang terjadi padanya? Mungkin ini semua gara-gara aku
jatuh tertidur sangat pulas, sehingga tak ingat apa-apa. Aku mencoba
ingat-ingat terakhir kali aku terjaga, namun aku tidak ingat.
Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi. Aku
pikir itu dari orang lain, namun itu dari orang tua temanku yang di kota sana.
Aku mengangkatnya seketika. Saat aku angkat, aku langsung memberi tahu bahwa
anaknya, temanku itu, tadi malam menginap dan sekarang dia menghilang begitu
saja.
"Cukup sudah, nak! kami menelponmu
hanya mau memberi kabar kalau anak kami telah tiada. Dia meninggal kemarin
pagi. Dia meninggal karena sedang mengambil dompet temannya yang jatuh di sungai
kemudian tergelincir." Suara ditelepon terdengar parau dan isak tangisan.
Aku terperanjat sekaligus merinding
mendengar kabar itu, bulu kudukku langsung berdiri. Aku penasaran siapa yang
sesungguhnya bersamaku tadi malam. Apakah temanku atau roh dari temanku?
Tampaknya keduanya sama-sama buruknya sekarang.
Aku ingat perkatanya yang terakhir itu,
kalau ini semua memang benar. Dia berkata dirinya telah dibuang oleh teman-temannya
di kota, ternyata temanku dibuang ke sungai. Sungguh kejam yang melakukan ini
pada temanku. Aku pun mengerti kalau temannya itu seperti orang pemain teater
maksudnya temannya itu orang yang selalu bersandiriwara, berpura-pura baik
padahal sebetulnya punya niat jahat. Untuk itu dia datang menemuiku. Dia hanya
memastikan kalau aku ini tak bersandiwara kepadanya. Aku pasti selalu menjadi
teman untuk dirinya walau sekarang sudah jatuh tertidur dalam sekali.
Pada waktunya, aku pun juga akan tertidur
seperti dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar