6/15/2019

Siapa Manusia itu?



Mungkin ada yang menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang superior dari makhluk lain, ada pula yang menganggap manusia itu memang unik, berada di luar dari istilah makhluk itu sendiri. Seperti yang kita tahu, kita sebagai manusia adalah penguasa dari planet bumi ini dengan kepintaran yang dimiliki. Namun, manusia itu tidak serius mencari tentang keberadaan dirinya sendiri di bumi. Alih-alih bersikap angkuh memandang dirinya sebagai puncak dari segala makhluk yang ada. Tetapi, apa itu sudah menjadi kodratnya manusia sebagai penguasa di puncak mata rantai? Atau hal itu hanya kebetulan yang tidak disengaja?

Dalam buku yang berjudul “Sapiens”, Yuval Noah Harari sangat serius membahas tentang spesies Homo Sapiens (manusia) dalam askpek kecerdasan dan kemajuan umat manusia. Yuval menerangkan bahwa manusia
lebih unggul dari kera, kerabat dari manusia, karena manusia memiliki daya khayal yang tinggi untuk memprediksi masa depan. Hal itu memotivasi kinerja otak untuk bekerja lebih ekstra dan membuat anatomi ukuran tengkorak manusia membesar. Manusia harus bisa membayangkan dirinya bertindak ketika ada pemangsa, kalau tidak dirinya bisa-bisa dimangsa binatang buas.

Ada tiga hal yang menurut Yuval menjadi pemersatu umat manusia, yaitu uang, Imperial, dan agama. Kebudayaan manusia berkembang pesat ketika manusia bersosialisasi saling menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang orang lain yang diinginkannya. Bermula dari barter hingga terciptanya kredit virtual. Sedangkan Imperial merupakan penyebaran kebudayaan menjadi universal di seluruh belahan bumi dengan cara peperangan atau penjajahan. Di sini masuknya nilai-nilai agama. Agama menurut Yuval merupakan kendaraan yang massal menarik manusia untuk ikut di dalamnya. Seperti ketika kita sedang beribadah, kita tidak kenal dengan sebelah kita tetapi kita bisa bersama-sama melakukan ritual agama. Dengan kata lain, agama ialah bentuk imajinasi tingkat tinggi yang diciptakan manusia tentang sosok yang berada di luar dirinya. Tiga hal tersebut menjadikan kebudayaan manusia semakin berkembang menujuh kegemilangannya. Kalau kita lihat, Yuval menjelaskan manusia dari aspek kognitif dan kebudayaan yang ada pada manusia.

Di sisi lain, pencarian manusia pertama oleh Arkeolog terus dilakukan, namun banyak informasi yang hilang. Seperti sebuah puzzle, Arkeolog harus menyusun setiap keping-keping informasi yang ada menjadi sebuah satu-kesatuan utuh. Arkeolog bernama Richard Leakey dalam bukunya yang berjudul “Asal-Usul Manusia” mengungkapkan bahwa untuk menetukan anatomi kerangka manusia dengan kera, kita harus bertolak pada kerangka tulang pinggul. Kita tahu bahwa manusia dengan kera sangat mirip, tetapi yang membedakan keduanya terlihat dari cara berjalan dengan dua kaki pada manusia dan empat kaki pada kera. Hal ini yang membedakan anatomi struktur kerangka fosil manusia purba yang ditemukan oleh tim Arkeolog. Kerangka fosil yang berjalan dengan dua kaki (bipedal) memiliki kerangka tulang pinggul yang ramping yang memungkinkan untuk berdiri dengan kedua kaki. Dari penjelasan Richard, dia menjelaskan manusia dari segi anatomi kerangka manusia.

Dari rentang waktu yang diasumsikan oleh ilmuan, manusia hidup di bumi sudah ada sejak 7 juta tahun yang lalu. Tetapi kerangka manusia purba yang kita temukan yang paling tua di Afrika Timur berusia 2-3 juta tahun yang lalu, dapat dilihat bahwa masih ada jurang yang cukup dalam sekitar 4 juta tahun lalu tentang asal mula munculnya manusia di bumi. Dan yang membuat saya bertanya-tanya adalah kenapa kita tidak mengetahui tentang awal kemunculan manusia di bumi? kenapa ada jurang informasi mengenai manusia? Apakah manusia itu datang dari planet lain? Atau manusia tidak mewarisi pengetahuan tentang dirinya sendiri kepada anak-anaknya? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin masih relevan selama belum ada penemuan yang menjelaskan secara detail siapa itu manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar