4/24/2018

Pendidikan Itu Ritual


     Pendidikan di sekolah sangat penting untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang kita perlukan dalam keseharian. Contohnya, berapa jarak dari bumi ke bulan? Hal itu tidak dapat diketahui bila kita tidak belajar matematika, geografi dan astronomi. Pendidikan, khusunya di sekolah, menjadi wadah untuk membagikan pengetahuan ke siswa dan orang di sekitarnya.


Pada kenyataannya, pendidikan sekolah tidak membawakan
hasil yang memuaskan. Mungkin saja kita mendapatkan pengetahuan dari pendidikan, tapi kita belum tentu bisa mempraktikan pengetahuan itu dalam kehidupan kita. Dengan kata lain, kita hanya sekedar tahu hal itu dari sekolah tetapi tidak tahu cara mempraktekannya, apa lagi menggunakannya. Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu kehidupan saya." Ada juga sekelompok orang yang lebih mementingkan bekerja atau membantu orang tuanya di sawah dari pada bersekolah. Karena mereka berpikir sekolah itu tidak dapat menghasilkan sesuatu  untuk memenuhi kebutuhannya, seperti mencari uang dan lain-lain.

Suatu pengetahuan yang menurut sebagian orang tidak bermanfaat adalah matematika. Ketidak bermanfaatnya matematika ialah karena sifatnya yang abstrak dan begitu banyak pelambang. Melihat karakteristik itu, seringkali kebanyakan orang awam mengira bahwa matematika itu tak ada hubungannya dengan dunia nyata yang kongkret. Orang menyangka bahwa matematika itu berhubungan dengan dunia lain, dunia yang sama sekali berbeda sifatnya dengan dunia kita yang nyata ini.

Kita pun sadar menganggap bahwa pelajaran-pelajaran seperti itu hanya bernilai di sekolah. Dengan kata lain, pelajaran-pelajaran itu adalah ritualnya dunia persekolahan. Ritual yang rutin dan dilakukan demi ritual itu sendiri. Akibatnya, proses belajar mengajar menjadi sebuah proses belajar yang mekanis. Kita menjadi robot-robot pemecah soal-soal yang pintar, namun kosong pemahaman. pelajaran-pelajaran dijejalkan dalam otak kita selama di sekolah. Begitu lepas sekolah, pelajaran-pelajaran itu pun kita tinggalkan di alam sekolah seiring dengan lepasnya kita dari dunia persekolahan.



Sebuah proses persekolahan yang absurd: bersusahpayah menghafalkan sekian banyak pelajaran hanya untuk lulus dari sekolah, dan saat lulus, selamat tinggal dengan semua yang pernah kita hafalkan. Jadi, apa sesungguhnya yang kita dapat dari pendidikan jika pada akhirnya dari sekian banyak yang diajarikan di sekolah, hampir semuanya dengan penuh rasa senang kita tinggalkan saat kita lulus sekolah?

Berpendidikan bermakna seperti, mengikuti proses pengajaran tanpa harus memahami apa dan mengapa semua itu harus dipelajari, dan semua itu dijalani hanya demi mendapatkan sebuah ijasah. Begitu ijasah didapatkan, maka semua hafalan selama di bangku sekolah, tak perlu lagi dipertahankan karena hidup yang nyata ini tak ada kaitannya dengan semua hafalan tersebut.


Daftar Pustaka
•Alisah, Evawati., dan Eko Prasetyo Dharmawan. Filsafat Dunia Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar